Rabu, 26 Januari 2011

shampoo


SHAMPOO
           
2. 1      Bahan Utama
Fungsi utama sampo adalah untuk membersihkan rambut dari kotoran dan minyak. Bukan melembabkan atau melindungi warna rambut. Oleh karena itu sampo maengandung deterjen.Deterjen adalah kandungan utama dari shampoo. Bahan ini membuat sampo jadi berbusa bila ditambah air. Deterjen juga berguna mengobati kerusakan rambut dan mencegah rambut jadi kering. Mayoritas sampo mempunyai dasar deterjen ditambah penstabil kimia, pengawet, dan pelembab. Tapi sekarang banyak deterjen yang mengandung bahan kimia membahayakan. Salah satunya cationic, yang dapat mengiritasi mata.
Bahan utama pada sampo adalah surfaktan ( sabun dan detergent ). Sabun adalah garam dan asam lemak. Detergent yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan sampo memiliki sifat fisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat yang dikehendaki untuk sampo. Umumnya, detergent dapat melarutkan lemak dan daya pembersih kuat, sehinggga jika digunakan untuk keramas rambut maka lemak pada rambut dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam dan mudah menjadi kusut, menyebabkan sukar diatur.
Sifat detergent yang terutama dikehendaki untuk sampo adalah kemampuan membangkitkan busa. Jenis detergent yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama lauril sulfat, juga alcohol monohidrat dengan rantai C 10 – 18.
Disamping itu detergent yang digunakan untuk pembuatan sampo, harus memiliki sifat berikut :
1.                  Harus bebas reaksi iritasi dan toksik, terutama pada kulit dan mata mukosa tertentu.
2.                  Tidak boleh memberikan bau tidak enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi dengan baik.
3.                  Warnanya tidak boleh menyolok.
Hasil reaksi antara lemak dan minyak hewan dan tumbuhan dengan alkali ( contoh  : NaOH,KOH ). Kekurangannya antara lain yaitu tidak membentuk busa oleh air sadah, diatasi dengan penambahan chelating agent.
Ø Surfaktan
1.         anionic
ü   Gol. Alkyl benzene sulfonat
Misal : sodium dodecyl benzene sulfonate
ü   Gol. Primary alkyl sulfat
Misal : triethanolamine lauryl sulfate
ü   Gol. Secondary alkyl sulfat
Misal : lauryc monogliseride ammonium sulfate
ü   Gol. Sarcosine
Misal : laurosyl sarcoine, cocoyl sarcosine
2.         Kationik
            Garam ammonium kuartener
Misal : Distearyl dimethyl ammonium chloride, dilauryl dimethyl ammonium chloride, cetyl trimethyl ammonium bromide.
3.         Amfoterik
            Misal : Miranol
4.         Non ionic
            Misal : Tween, Plironic F – 68

2.2              Zat Tambahan Sampo
Kondisioner merupakan pelengkap sampo yang mengandung pelembab. Pelembab ini dihasilkan dari lactroserum. Kandungan hydrolyzed keratin dalam kondisioner mampu memperbaiki rambut rusak. Kondisioner dengan pH 2,5 – 3,5 dapat membuat rambut tampak berkilau. Bagi yang sering memakai hair dryer disarankan untuk memilih kondisioner yang mengandung Thermal prefix. Memang ada sampo yang ditambahkan bahan lainnya. Tapi itu lebih ditujukan untuk membuat tampilan rambut lebih cantik. Bahan-bahan yang ditambahkan umumnya tidak berpengaruh terlalu besar kecuali bila yang ditambahkan itu henna atau urang-aring.
         Zat tambahan sampo terdiri dari berbagai jenis zat, yang dikelompokkan sesuai dengan kesamaan fungsi yang diharapkan dalam formulasi sampo.
Ø Alkilbromida asam lemak
            Digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa dan memperbaiki viskositas. Zat ini merupakan hasil kondensasi asam lemak dengan monoetanolamina ( MEA ), dietanolamina ( DEA ) atau isopropanolamina yang sesuai. Zat ini juga menunjukkan sifat dengan mendispersi kerak sabun kalsium atau magnesium dan mencegah pergerakan kedua jenis sabun itu pada kulit kepala dan rambut.
Ø Lemak bulu domba , lanolin atau slah satu derivatnya, kolesterol, oleilalkohol, dan asetogliserida.
            Digunakan untuk maksud memperbaiki efek kondosioner detergent dasar sampo yang digunakan, sehingga rambut yang dikeramas – sampokan akan mudah diatur dan memberikan penampilan rambut yang serasi.
            Lanolin dan serbuk telor acapkali digunakan sebagai zat tambahan sampo dan dinyatakan khusus untuk maksud memberikan rambut berkilau dan mudah diatur.
Ø Asam Amino
            Terutama asam amino esensial digunakan sebagai zat tambahan sampo dengan harapan setelah rambut dikeramas – sampokan, zat ini tetap tertinggal pada kulit kepala dan rambut, dan berfungsi sebagai pelembab, karena asam amino memiliki sifat higroskopik yang akan memperbaiki kelembaban rambut.
Ø Zat tambahan sampo lain
            Terdiri dari berbagai zat, umumnya diharapkan untuk menimbulkan efek terhadap pembentukan dan dan stabilisasi busa, meliputi : zat golongan glikol, polivinilpirolidon, karboksimetilselulosa, dan silicon cair, terutama yang kadarnya lenih kurang 4 %
Ditambahkan kedalam sampo untuk menghasilkan sampo yang aman memiliki viskositas yang baik, busa yang stabil, dan dapat mengoptimalkan kerja detergent.
ü  Opocifying agent
a.       Bahan yang memberikan warna buram pada sampo
b.      Penting pada pembuatan sampo jenis krim dan losio
Contoh : cetyl alkohol, stearyl alkohol, spermaceti, glycol monodistearate, magnesium stearate
ü  Clarifying agent
a.       Bahan yang digunakan untuk mencegah kekeruhan pada sampo
b.      Terutama untuk sampo dengan bahan utama sabun
c.       Penting pada pembuatan sampo cair ( liquid shampoo )
Contoh : butil alkohol, isopropil alkohol, etil alkohol, metilen glikol, EDTA
ü  Foam builder
a.       Bahan yang meningkatkan kualitas, volume, dan stabilitas busa
b.      Membantu meningkatkan stabilitas dan efek kondisioner
Contoh : dodesyl benzene selfonate, lauoyl monoethanolamide
ü  Conditioning agent
a.       Merupakan bahan berlemak yang memudahkan rambut untuk disisir
b.      Conditioning agent melapisi helai rambut halus dan mengkilap
c.       Harus mudah dibilas, tidak meninggalkan rasa berminyak ( lengket ) dirambut
Contoh : lanolin, minyak mineral, telur, polipeptida
ü  Thickening agent
a.       Bahan yang digunakan meningkatkan viskositas shampoo
b.      Kekurangan dapat membentuk lapisan film pada helai rambut
Contoh : gom akasia, tragakan, CMC, methocel
ü  Chelating agent
a.       Bahan yang mencegah terbentuknya sabun Ca atau Mg karena air sadah
b.      Dapat digantikan oleh surfaktan non – ionik
Contoh : asam sitrat, EDTA
ü  Preservotif
Bahan yang berguna melindungi sampo dari mikroba yang dapat menyebabkan rusaknya sampo.
Contoh : formadehid, etil alkohol, ester parahidroksibenzoat
ü  Active agent
a.       Antidandruff agent umumnnya bersifat antimikroba
b.      Ditambahkan kedalam sampo dalam jumlah kecil
Contoh : Sulfur, asam salisilat, resorsinol, selenium sulfide, zink piriton

2.3       Penunjang Stabilitas
Bahan – bahan tertentu dapat ditambahkan kedalam sampo dengan tujuan menunjang stabilitas shampoo ( stability additive )
Ø   Antioxidant
Mencegah perubahan warna dan bau sediaan akibat oksidasi
Ø   Sensreen
Melindungi sediaan dari sinar matahari, contoh : Benzophenon
Ø   Sespending agent
Contoh : veegum, bentonit
Ø   pH control agent ( larutan dapar )
Mencegah perubahan warna dan bau sediaa akibat perubahan pH
Cosmetics additive
Bahan – bahan yang ditambahkan kedalam sampo dengan tujuan memperbaiki tampilan sampo ( cosmetics additive ), diantaranya :
ü   Perfume
Campuran minyak atsiri atau sintetik.
ü   Pewarna ( dye )
Pewarna yang digunakan harus terdaftar pada Federal food, Drug, and Cosmetics Act
ü   Pearlescent pigments

2.4       Cara Pembuatan      
a.             Sampo Krim atau Pasta
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang yang dapat memberikan konsistensi kental. Untuk membuat sampo pasta dapat digunakan malam seperti setilalkohol sebagai pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak kelapa atau isopropanolamida laurat.
Detergent dipanaskan dengan air pada suhu kurang lebih 800 dalam panic dinding rangkaps sambil terus diaduk. Tambahkan zat malam, terus aduk lebih kurang 15 menit. Biarkan campuran ini pada suhu kurangg lebih 40 – 500 C. tambahkan parfum, aduk terus hingga homogen, lanjutkan pengadukan untuk menghilangkan udara. Wadahkan selagi panas.
b.            Sampo Larutan
Jika digunakan akilolamida, mula – mula zat ini dilarutkan dalam setengah bagian detergent yang digunakan dengan pemanasan hati – hati. Kemudian tambahkan sisa detergent sedikit demi sedikit sambil terus diaduk, tambahkan zat warna yang telah dilarutkan dalam air secukupnya. Jika masih terdapat sisa air tambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk untuk mencegah terjadinya busa.
c.             Sampo Bubuk
Sebagai dasar sampo digunakan sabun bubuk, sedangkan sebagai pengencer biasanya digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat atau boraks. Sampo jenis ini dapat dikombinasi dengan zat warna alam hena atau kamomil, sehingga dapat memberikan sedikit efek pewarnaan pada rambut.
Agar pada air sadah dapat berbusa, sehingga bubuk sabun diganti dengan natrium laurilsulfat.
d.            Sampo Emulsi
Sampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental. Tergantung dari jenis zat tambahan yang digunakan, sampo ini diedarkan dengan berbagai nama seperti sampo lanolin, sampo telur, sampo protein, sampo brendi, sampo susu, sampo lemon bahkan sampo strawberry.
Agar sampo berfungsi sebagaimana mestinya, sampo harus memiliki sifat sebagai berikut :
1.         Sampo harus membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
2.         Sampo harus memiliki sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak maka kulit kepala menjadi kering.
3.         Sampo harus dapat mnenghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi sampo. Kotoran sampo yang dimaksud tentunya sangat komplek yaitu : secret dari kulit, kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetika.
4.         Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata.
5.         Sampo harus dapat stabil. Sampo yang dibuat trasnparan tidak boleh menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskositas dan pH-nya juga harus tetap konstan, sampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasad renik dan dapat mempertahankan bau farfum yang ditambahkan kedalamnya.
Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0.2 % larutan formaldehida, 40 % garam fenilraksa. Kedua zat ini sangat beracun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan pemerintah. Sedangkan parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 % - 1,0 % tetapi umumnya berkadar 0,5 %
            Contoh Formula Sampo Cair jernih
            Coconut oil fatty acids                       6,5       -
Coconut-oil                                         -           15,0
Oleic acid                                            4,9       -
Olivw oil                                             -           5,0
Castrol oil                                            -           5,0
Potassium hydroxide (36%)                -           12,0    
Triethanolamine                                  3,31     -
Monoethanolamine                             1,47     -
Potassium carbonat                             -           0,5
Polyoxyetthylene alkyl phenol            2,42     -
Propylene glycol                                 6,4       -
Glycerol                                              -           3,5
Air                                                       75,0     56,0

2.5              Macam – Macam Sampo
1.          Liquid shampoo ( sampo Cair )
2.          Lotion Shampoo ( Sampo Losio )
3.          Crème paste Shampoo ( Sampo Pasta Krim )
4.          Gel Shampoo ( Sampo Jeli )
5.          Aerosol Shampoo ( Sampo Erosol )
6.          Dry Shampoo ( Sampo Serbuk )

            Berdasarkan jenis rambut, sampo dibagi menjadi :

Ø   Sampo untuk rambut diwarnai dan dikeriting

Sampo ini sangat cocok untuk rambut yang dicat atau diberi warna atau dikeriting karena rambut cukup menderita dengan masuknya cairan kimia hingga ke akar rambut. Hal ini bisa mempengaruhi kondisi kesehatan rambut. Sampo jenis ini lebih lembut sehingga cocok untuk rambut yang telah melalui proses kimiawi.
Ø   Sampo untuk memperjelas
Biasanya sampo ini mengandung acid atau asam yang didapat dari apel, lemon atau cuka yang berfungsi untuk menghilangkan residu atau sisa produk perawatan semacam creambath, foam, hairspray, wax, gel, dan produk lainnya yang tertinggal di kulit kepala. Jenis sampo ini sangat cocok digunakan saat rambut akan melalui proses kimiawi agar rambut dan kulit kepala benar-benar bersih. Dengan demikian proses kimiawi yang digunakan pada pengeritingan atau pewarnaan dapat diserap dengan baik.Karena unsur acid mengurangi minyak maka jenis shampo ini dapat membuat rambut menjadi kering jika digunakan terlalu sering. Jadi sebaiknya anda gunakan hanya satu kali seminggu.
Ø   Sampo Penambah Volume
Jenis sampo ini mengandung protein yang membuat rambut terlihat lebih berisi atau tebal. Bila dipakai terlalu sering maka akan terjadi penumpukan residu atau sisa sampo sehingga mengakibatkan rambut terlihat tidak bersih.[ Jika rambut termasuk jenis rambut yang halus, lepek atau tidak mengembang, tipis maka bisa digunakan jenis sampo ini.Tetapi sebaiknya dihindari penggunaan yang terlalu sering.
Sifat sampo yang baik :
a.             Harus dapat mencuci rambut dan kulit kepala dengan bersih dan tidak menimbulkan rangsangan
b.            Harus mempunyai sifat detergent yang baik tetapi tidak membuat kulit kepala menjadi kering
c.             Harus dapat menghasilkan rambut yang halus, mengkilat, tidak kasar, tidak mudah patah, serta mudah di atur
d.            Harus memiliki konsistensi yang stabil, menghasilkan busa dengan cepat, lembut, dan mudah dihilangkan dengan pembilasan.

2.6       Cara Kerja Sampo
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air, meningkatkan kemampuan air untuk membasahi kotoran yang melekat ( makin kecil nilai tegangan permukaan air, makin besar kemampuan air membasahi benda ). Surfaktan bergerak dibawah lapisan berminyak → mengangkat dan permukaan → partikel berbentuk bola.




           







tablet asetosal


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1             Latar Belakang

Zat berkhasiat yang dapat dijadikan sebagai obat penurun demam adalah asetosal. Asam asetil salisilat atau asetosal banyak dijumpai dalam berbagai nama paten, salah satunya yang terkenal adalah Aspirin. Yang berguna untuk mengurangi rasa sakit, misalnya: sakit kepala, nyeri otot, nyeri tulang, nyeri haid), Menurunkan demam, misalnya: demam setelah imunisasi, Antiradang, misalnya: radang sendi rematoid, radang tulang dan sendi.
Seperti halnya obat-obat analgesik yang lain, ia bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi. Ia terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase (COX). Dengan penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak terbentuk, dan nyeri atau radang pun reda.
Prostaglandin juga merupakan senyawa yang mengganggu pengaturan suhu tubuh oleh hipotalamus sehingga menyebabkan demam. Hipotalamus sendiri merupakan bagian dari otak depan kita yang berfungsi sebagai semacam “termostat tubuh”, di mana di sana terdapat reseptor suhu yang disebut termoreseptor. Termoreseptor ini menjaga tubuh agar memiliki suhu normal, yaitu 36,5 – 37,5 derajat Celcius.
Pada keadaan tubuh sakit karena infeksi atau cedera sehingga timbul radang, dilepaskanlah prostaglandin tadi sebagai hasil metabolisme asam arakidonat. Prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus, di mana hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini disebabkan karena termostat tadi menganggap bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang “setting” hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam. Karena itu, untuk bisa mengembalikan setting termostat menuju normal lagi, perlu menghilangkan prostaglandin tadi dengan obat-obat yang bisa menghambat sintesis prostaglandin.
Asetosal dapat mengencerkan darah. Karena asetosal bekerja secara cukup kuat pada enzim COX-1 yang mengkatalisis pembentukan tromboksan dari platelet, suatu keping darah yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Penghambatan sintesis tromboksan oleh asetosal menyebabkan berkurangnya efek pembekuan darah. Sehingga, asetosal bahkan dipakai sebagai obat pengencer darah pada pasien-pasien pasca stroke untuk mencegah serangan stroke akibat tersumbatnya pembuluh darah.
IMPLIKASI : Karena memiliki efek pengencer darah, maka tentu tidak tepat jika digunakan sebagai obat turun panas pada demam pada penderita demam berdarah. Karena pada demam berdarah sudah ada risiko perdarahan karena berkurangnya trombosit.    

1.2             Tujuan

ü  Tugas makalah ini dibuat agar lebih memahami tentang Asetosal bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

ü  Tugas makalah ini dibuat sebagai persyaratan untuk mengikuti ujian semester ganjil pada mata kuliah Teknologi Farmasi.

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1     Monografi

Pemerian            : Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih: tidak berbau atau berbau lemah. Stabil diudara kering; didalam udara lembab secara terhadap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.
Warna                 :  Hablur  Putih
Bau                     :  Tidak berbau atau berbau lemah
Kelarutan           : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; larut dalam koroform, dan dalam eter; agak sukar arut dalam eter mutlak.
Suhu                   :  Lebur1410 sampai 1440

2.2            Farmakokinetik
Absorbsi                : Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorbsi dengan cepat dalam bentuk utuh dalam lambung, tetapi sebagian besar diusus halus bagian atas. Pada pemberian rectal, lebih ambat dan tidak sempurna, sehingga cara ini tidak dianjurkan. Absorbsinya akan lebih cepat dari kulit sehat, terutama bila dipakai sebagai obat gosok atau salep.
Distribusi               :  Menyebar keseluruh jaringan tubuh dan cairan transelular sehingga ditemukan dalam cairan sinovial, cairan spinal, cairan peritoneal, liur dan air susu. Obat ini mudah menembus sawar darah otak dan sawaruri.
Mekanisme Kerja: Salisila terjadi dibanyak jaringan, tetapi yang terutama di mikrosom dan mitokondria hati.
Ekskresi                 : Salisilat dieksresi dalam bentuk metabolit terutama melalui ginjal, sebagian kecil melalui keringa dan empedu.


2.3            Farmakodinamik
2.3.1        Dosis
Dewasa :
500 - 650 mg setiap 4 jam (maksimal 4 g/hari)
Anak-anak:
2 - 3 tahun : 80 - 160 mg setiap 4 jam
4 - 5 tahun : 160 - 240 mg setiap 4 jam
6 - 8 tahun : 240 - 320 mg setiap 4 jam
9 - 10 tahun : 320 - 400 mg setiap 4 jam
> 11 tahun : 400 - 480 mg setiap 4 jam
2.3.2        Indikasi
Nyeri ringan atau sedang, demam; antiplatelet
2.4.3    Aturan pemakaian:
Jangan digunakan bila terlihat kristal jarum pada tablet atau serbuk.
2.4.4        Kontraindukasi
Anak dibawah usia 12 tahun dan anak yang sedang disusui (singdrom Reye : karena hubungannya dengan Singdrom Reye, maka sediaan yang mengandung asetosal tidak diberikan pada anak yang berusia di bawah usia 12 tahun; kecuali ada indikasi yang spesifik; misalnya juvenile arthritis – Penyakit Still. Penting untuk menjelaskan kepada keluarga bahwa asetosal adalah obat yang tidak cocok untuk anak yang berpenyakit ringan); ulserasi saluran cerna; hemophilia; tidak untuk pengobatan gout.
2.4.5        Peringatan
Tidak boleh digunakan pada:
ü    Penderita alergi (termasuk asma), tukak lambung (maag), pernah atau sering mengalami perdarahan dibawah kulit.
ü    Penderita yang sedang diterapi dengan antikoagulan.
ü    Penderita hemofilia dan trombositopenia
ü    Menurunnya fungsi ginjal atau hati ( hindari bila hebat )
ü    Dehidrasi
ü    Kehamilan
ü    Pasien usia lanjut
ü    Defisiensi G6PD

2.4.6        Interaksi
·                     Analgesik lain : hindari pemberian bersama dengan AINS lain (meningkatkan efek samping)
·                     Antacid dan adsorben : sekresi asetosal dinaikkan pada urin yang biasa
·                     Antikoagulan : resiko perdarahan meningkat karena efek anti platelet
·                     Antiepileptika : peningkatan efek fenitoin dan valproat
·                     Kortikosteroid : resiko perdarahan dan ulserasi saluran cerna meningkat
·                     Sitostatika : mengurangi efek sekresi metotraksat (meningkatkan toksisitas)
·                     Diuretik : antagonisme efek diuretik spironolakton; menurunkan eksresi asetazolamid (resiko toksisitas)
·                     Metoklopramid dan Domperidon : Metokloramid meningkatkan efek asetosal (meningkatkan laju absorbs)
·                     Mifepriston : disarankan untuk menghindari asetosal sampai 8 – 12 hari setelah mifepriston
·                     Urikosurik : efek probenesid dan sulfinpirazon dikurangi
2.4.7        Efek Samping
Ø    Sering menimpa anak-anak, adalah terjadinya  Sindrom Reye, suatu penyakit mematikan yang menganggu fungsi otak dan hati. Gejalanya berupa muntah tak terkendali, demam, mengigau dan tak sadar. Banyak studi telah menunjukkan adanya hubungan antara kejadian syndrome Reye pada anak-anak dengan penggunaan aspirin. Memang sih, angka kejadiannya tidak terlalu banyak, tapi sekali terjadi akibatnya sangat fatal. Sehingga, aspirin direkomendasikan untuk tidak digunakan sebagai turun panas pada anak-anak.
Ø    Gangguan Lambung seperti mual, muntah
Ø    Risiko kekambuhan asma bagi mereka yang punya riwayat asma. Aspirin atau asetosal termasuk salah satu analgesik yang sering dilaporkan memicu kekambuhan asma, sehingga perlu hati-hati juga untuk pasien yang punya riwayat asma.
Ø    Kekuatiran lain dari penggunaan asetosal adalah seringkali mereka ditampilkan dalam bentuk seperti permen jeruk. Tujuannya supaya anak tidak merasa sedang minum obat, karena seperti makan permen. Tapi justru bisa jadi, karena dianggap permen, anak-anak bisa minta lebih dari dosis yang seharusnya. Jika menyimpannya tidak hati-hati, anak-anak bisa cari sendiri “permen” tadi dan mengkonsumsinya tanpa sepengetahuan ortunya. Sehingga bisa dibayangkan jika asetosal dikonsumsi dalam dosis lebih dari seharusnya.
Ø    Pemakaian jangka lama dapat menimbulkan tukak lambung, perdarahan lambung.

2.4     Formulasi
2.4.1    Pre Formulasi
      Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgesic antipiretik dan anti inflamasi yang sangat digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai obat sejenis.
      Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derivatnya yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dari asam organik dengan substitusi pada gugus hidroksil, misalnya asetosal.

2.4.2    Bahan Pembantu
ü   Bahan Pengikat                          : mikrokristalina sellulosa 2 %
ü   Bahan Pelincir                            : Talk 5 %
ü   Bahan Penahan lembab              : Gliserol 3 %
ü   Bahan Pemanis                           : Sacharum Laktis 0.75 %
                        ( Penuntun Kuliah Teknologi Farmasi hal.13,15,17,18)
2.4.3    Formula yang Beredar
ü   Ascardia
ü   Poldan Mig
ü   Naspro
2.4.4    Formula Standar
Tablet Asam AsetilSalisilat
2.4.5        Formula yang di Rencanakan
“Naspro” ( ISO hal  17 )
Formula yang dipilih
ü  Zat Berkhasiat
Asetosal 300 mg
ü  Bahan Tambahan
Mikrokristalina selulosa 2 %
Talk 5%
Gliserol 3%
Sacharum Laktis 0.75%
2.5.5        Alasan Pengambilan Bahan
Asetosal
Kelebihan           : Dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai       antipiretik
Kekurangan        : Pada dosis terapi salisilat mempertinggi konsumsi oksigen dan produksi karbondioksida
2.5.6        Perhitungan Dosis
# Antipiretik
   Dosis Salisilat untuk dewasa ialah 325  mg – 650  mg, diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam.
   Untuk anak 15 – 20 mg/kg BB, diberikan tiap 4 – 6 jam dengan dosis total tidak melibihi 3.6 g/ hari
2.5.7        Perhitungan Bahan
Tablet Naspro
Tiap tablet mangandung :
Asetosal 300 mg
ü   Bahan Pengikat
         Mikrokristalina selulosa 2%
           2/100  X 50 gr  = 1 gr
ü   Bahan Pelincir
         Talk 5%
         5/100 X 50 gr = 2.5 gr
ü   Bahan Penahan Lembab
                     Gliserol 3%
                     3/100 X 50 gr =1.5 gr
ü   Bahan Pemanis
                     Sacharum Laktis 0.75%
                     0.75/100 X 50 gr = 0.375%
2.5.8        Penetapan Kadar
ü   Secara tak Langsung
Timbang 200 mg sample kedalam labu tambahkan 10 ml larutan NaOH 0,5 N didihkan campurkan secara perlahan – lahan selama 10 menit. Tambahkan 2 tetes indicator fenolftalein, kemudian titrasi kelebihan larutan NaOH dengan larutan H2SO4 0,5 N
Perhitungan : 1 ml larutan NaOH 0,5 N setara dengan 45,04 mg asetosal
ü   Secara Langsung
Timbang 200 mg sample kemudian larutkan dengan 10 ml etanol netral, tambahkan 2 tetes indicator fenolftalein lalu titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
Perhitungan : 1 ml larutan NaOH 0,1 N setara dengan 18,016 mg asetosal
2.5.9        Cara Kerja
a.             Zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan penahan penghancur, bahan pengikat dicampur hingga homogen.
b.            Dicetak dengan tekanan tinggi menjadi tablet besar ( slug )
c.            Lalu tablet dihancurkan lagi membentuk granul dengan ukuran partikel yang diinginkan.
d.            Hitung fine yang terbentuk.
e.             Tambahkan bahan pelincir.
f.             Cetak sesuai tablet yang diinginkan.
2.5.10    Evaluasi Tablet Jadi
Evaluasi yang perlu dilakukan terhadap tablet :
1.      Keseragaman ukuran
Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari sepertiga kali tebal tablet.
Caranya : dilakukan terhadap 5 tablet dengan memakai alat Mikrometer atau jangka Sorong
2.      Keseragaman Bobot dan Keseragaman Kandungan
a.       Timbang 20 tablet dan dihitung bobot rata – ratanya
b.      Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari bobot rata – rata lebih besar dari harga yang di tetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga kolom B
c.       Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B.
BOBOT RATA-RATA TABLET
PENYIMPANGAN
RATA-RATA
BOBOT
DALAM %

A
B
Kurang 25 mg
15
30
26 – 150 mg
10
20
151 – 300 mg
7,5
15
Besar dari 300 mg
5
10

3.      Waktu Hancur
Caranya : masukkan 5 tablet kedalam keranjang, turun naikkan keranjang secara teratur 30 kali per menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen berasal dari zat penyalut.
Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput.
Alat yang digunakan : Disintregation Tester
4.      Kecepatan Disolusi zat berkhasiat
Alat yang digunakan Dissolution Tester
Yang diukur dengan test disolusi ini adalah jumlah zat khasiat yang larut dalam satuan waktu.
Caranya :
ü  Tablet diletakkan dalam keranjang kawat yang dapat berputar sebanyak 50, 100, 150 kali permenit.
ü  Keranjang kawat ini berada didalam suat cairan dengan suhu 370C
ü  Dalam waktu sewaktu – waktu tertentu cairan tersebut diambil dengan pipet, kemudian ditentukan secara kuantitatif jumlah zat berkhasiat yang larut pada waktu – waktu tersebut.
5.      Kekerasan Tablet
Alat yang digunakan untuk pengukuran kekerasan tablet adalah hardness tester seperti Strong Cobb, Stokes.
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet.
6.      Keregasan Tablet (friability)
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang.
Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akann dilapis (coating).
Alat yang digunakan disebut friability tester
Caranya :
ü  Bersihkan 20 tablet dari debu, kemudian ditimbang (W1)
ü  Masukkan tablet kedalam alat
ü  Putar alat tersebut selama 4 menit
ü  Keluarkan tablet, bersihkan dari debu dann ditimbang kembali (W2)
ü  Kerapuhan tablet yang didapat :
W1 – W2
                                        W1                           X         100 %
      Batas kerapuhan yang di perbolehkan maksimum 0.8 %









BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1              Kesimpulan

Monografi nya, Pemerian : Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih: tidak berbau atau berbau lemah. Stabil diudara kering; didalam udara lembab secara terhadap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat, Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; larut dalam koroform, dan dalam eter; agak sukar arut dalam eter mutlak, Suhu Lebur: 1410 sampai 1440 .

Asam asetil salisilat atau asetosal banyak dijumpai dalam berbagai nama paten, salah satunya yang terkenal adalah Aspirin. Seperti halnya obat-obat analgesik yang lain, ia bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin.

Efek samping asetosal Asetosal dapat mengencerkan darah. dan sering menimpa anak-anak, adalah terjadinya  Sindrom Reye, suatu penyakit mematikan yang menganggu fungsi otak dan hati, Ganguan lambung, risiko kekambuhan asma bagi mereka yang punya riwayat asma.

 

3.2              Saran
Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada penderita demam berdarah. Karena asetosal berfungsi sebagai pengencer darah sedangkan pada demam berdarah terdapat resiko pendarahan akibat penurunan trombosit.
















DAFTAR PUSTAKA



Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. ”Farmakope Indonesia Edisi Ketiga”. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. ”Farmakope Indonesia Edisi Keempat”. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. “Formularium Nasional”. Jakarta
Nat & Ernst Mutschler. 1991. ”Dinamika Obat. Bandung’ : ITB.
Tan Hoan Tjay & Kirana Raharja. 2001. ”Obat-Obat Penting”. Jakarta.




Reviews